INALEAD Blog

“We don’t have to wait for the inspiration to come, we create it ourselves.” – Stephen King

Budaya organisasi dibentuk oleh perilaku anggotanya dan diperkuat dengan cerita yang mereka sampaikan. Perilaku dan cerita jauh lebih kuat dibandingkan pengumuman resmi perusahaan, kebijakan, atau pidato pimpinan.

Cerita mengenai perilaku buruk dan baik, dapat membentuk budaya. Anda bisa bandingkan dua contoh dari buku “Building Cross-Cultural Competence” yang ditulis oleh Charles Hampden-Turner dan Fons Trompenaars. Ada dua cerita tentang dua CEO yang sangat berkebalikan reaksinya, ketika ditegur oleh karyawannya karena melanggar kebijakan perusahaan.

Pelantikan Agent Of Change (AoC) RS PKU Muhammadiyah Wonosobo oleh Bupati, PP MPKU, BPH RS dan Direktur dalam rangka Corporate Culture Building Program bersama INALEAD tanggal 17 Mei 2022

Charles Revson, pimpinan perusahaan Revlon, mengharuskan setiap orang mencatat kehadiran mereka di meja penerima tamu. Seorang penerima tamu baru, di minggu pertamanya bekerja, melihat laki-laki yang tidak pernah ia lihat sebelumnya masuk tanpa mencatat namanya. Dia mengejar laki-laki itu dan mengatakan, “Maaf, Pak. Silakan isi bukunya terlebih dulu. Peraturannya ketat.” Revson, menurut cerita, menatap wanita itu lalu berkata, “Saat Anda mengambil gaji terakhir sore ini, tanya mereka siapa saya!”

Bandingkan dengan cerita Tom Watson, presiden IBM, ketika dia menghampiri gerbang gedung berkeamanan tinggi IBM bersama sekelompok eksekutif seniornya. Seorang penjaga keamanan berusia 19 tahun tidak mengizinkan Watson masuk, karena tidak memiliki tanda pengenal. Salah seorang pimpinan berbisik kepada pemuda itu, “Apa Anda tidak tahu siapa dia? Dia adalah pimpinan perusahaan ini!” Namun, Watson menghentikannya dan meminta seseorang untuk mengambilkan tanda pengenalnya. “Dia benar,” katanya. “Kita buat peraturan. Kita patuhi peraturan itu.”

Cerita seperti itu akan beredar di perusahaan hingga berpuluh-puluh tahun. Terlepas dari peraturan resmi yang berlaku, cerita itu akan membentuk budaya dan norma dari perilaku.

Jika Anda menginginkan budaya yang mewajibkan siapa pun untuk taat pada peraturan, maka Anda membutuhkan cerita seperti Tom Watson.

Saya setuju dengan cara Kotter & Hesket yang memaknai budaya dengan, “Culture is not the business, culture is not where the money come from, but culture is where the result come from.”

“Budaya itu bukan bisnis, budaya itu bukanlah akibat yang muncul karena adanya uang, tapi budaya adalah penyebab munculnya hasil.”

Merujuk pada penelitian kedua pakar tersebut, organisasi dengan strong culture, memiliki pendapatan 4 kali lebih besar, 12 kali nilai saham, merekrut karyawan 8 kali lipat lebih banyak daripada yang memiliki low performance culture.

Semoga kita diberikan kemudahan dan kekuatan untuk membentuk budaya positif di organisasi yang kita pimpin. Tentu saja, dengan “Mulai Dulu, HEBATIN Kemudian.”

Feri D Sampurno – Direktur Inalead

Open chat
Hi, Saya Fendy
Saya ingin konsultasi mengenai training inalead