Pahami bedanya, lalu berlatihlah dengan cara yang berbeda.
Langkah pertama untuk mengembangkan kemahiran adalah mengetahui dengan tepat, jenis kemahiran apa yang Anda kembangkan.
Setiap keterampilan termasuk ke dalam satu dari dua kategori ini: keterampilan keras dan keterampilan lunak.
Yuk, kita simak temuan dari Daniel Coyle, penulis buku “Talent Code” berkenaan kedua keterampilan ini.
Keterampilan keras, hard-skill, berketepatan tinggi. Yaitu tindakan yang selalu dilakukan setepat dan sekonsisten mungkin. Ini keterampilan yang hanya memiliki satu jalur menuju hasil yang ideal.
Kemahiran yang bisa Anda bayangkan dilakukan oleh robot yang dapat diandalkan. Kemahiran keras adalah soal ketepatan yang dapat diulangi, dan biasanya dijumpai dalam hal-hal tertentu, khususnya yang bersifat fisik.
Misal:
*) Seorang pemain basket yang melakukan lemparan bebas.
*) Seorang pemain sepakbola yang melakukan tendangan bebas atau tendangan pojok.
*) Seorang pemain tenis yang melakukan servis, atau gerak atletik apa pun yang berulang-ulang dan presisi.
*) Seorang anak yang belajar membaca, menerjemahkan bentuk-bentuk goresan berupa huruf ke dalam kata, bunyi tertentu, dan arti tertentu.
*) Seorang santri yang belajar mengeja huruf Hijaiyah, membunyikan dengan tepat (makhorijul hurf), lalu menyambungkan tiap kata dalam rangkaian kalimat dengan bunyi dan pengucapan yang fasih.
*) Seorang pembicara publik yang mampu presentasi dengan alur sistematis, menyampaikan argumen dengan bukti dan analogi yang tepat.
Di sini, tujuan Anda adalah mengembangkan suatu keterampilan yang:
1. Dapat diandalkan.
2. Tepat waktu.
3. Selalu bekerja dengan cara yang sama: secara otomatis, tanpa pernah gagal.
*Kemahiran keras adalah soal ABC: Always Being Consistent (Selalu Bersikap Konsisten)*
Keterampilan lunak, soft-skill, dengan fleksibilitas tinggi..
Keterampilan ini, sebaliknya adalah keterampilan yang memiliki banyak jalan, tidak hanya satu, untuk mencapai hasil yang baik.
Kemahiran ini bukan tentang selalu melakukan hal yang sama dengan sempurna.
Melainkan lebih berkaitan dengan bersikap cerdas dan interaktif; dengan mengenali sebuah pola segera setelah pola itu tersingkap, serta membuat pilihan yang cerdik, relevan, dan tepat waktu.
Kemahiran lunak biasanya dijumpai pada minat-minat yang lebih luas dan tidak terlalu khusus.
Misal:
*) Seorang pemain sepakbola yang “mencium” adanya kelemahan pertahanan lawan dan berinisiatif untuk lakukan penyerangan.
*) Seorang penyanyi yang secara halus, menafsirkan nada dan musik yang ia bawakan, untuk menonjolkan emosi yang terkandung di dalamnya.
*) Seorang CEO yang “membaca ruangan” dalam sebuah presentasi bisnis atau rapat yang ia hadiri.
*) Seorang pembicara publik yang peka, ia menyapa audiens sambil membaca pantun dengan logat lokal, dalam upayanya membangun keakraban.
Dalam semua contoh kemahiran di atas, kita tidak sedang mencoba meraih ketepatan secara sempurna. Tapi, berusaha mencapai kemampuan untuk dapat dengan cepat mengetahui sebuah pola atau kemungkinan, dan bekerja melampaui berbagai hambatan yang pelik.
*Kemahiran lunak, berkaitan dengan tiga R: Reading, Recognizing, dan Reacting (Membaca, Mengenali, dan Bereaksi).*
Pesan utamanya adalah, keterampilan keras tidaklah sama dengan kemahiran lunak.
Keduanya menggunakan struktur jaringan otak yang berbeda. Dan karena itu dikembangkan lewat metode latihan yang berbeda pula.
Jadi, mulailah bertanya pada diri sendiri, yang manakah di antara keterampilan-keterampilan yang Anda kehendaki itu, yang harus dilakukan dengan cara konsisten 100%. Harus dengan ketepatan seperti mesin?
Maka, itulah yang disebut keterampilan keras.
Selain itu, tanyakanlah pada diri Anda, keterampilan manakah yang harus dilakukan dengan cara fleksibel, beragam, dan tergantung pada keadaan? Yang bergantung pada mengenali pola dan menentukan satu pilihan terbaik secara tepat?
Itulah yang disebut keterampilan lunak.
Berikutnya, kita kupas lebih jauh mengenai metode latihan: mana yang cocok untuk mengembangkan setiap jenis keterampilan. Keterampilan keras dan lunak.
*Kembangkan keterampilan keras, dengan bekerja seperti tukang kayu yang cermat.*
Untuk mengembangkan keterampilan keras yang dapat diandalkan, Anda perlu menghubungkan kabel yang tepat dalam otak Anda.
Dalam hal ini, sebaiknya Anda bersikap hati-hati, tenang, serta membiasakan diri dengan kesalahan.
Bekerjalah seperti tukang kayu yang cermat.
Contoh yang bagus dari kemahiran keras layaknya pertukangan ini ditemukan dalam metode pelatihan musik Suzuki.
Murid-murid Suzuki memulai pelajaran mereka dengan menggunakan beberapa waktu pelajaran hanya untuk belajar memegang penggesek dan biola dengan lekukan jari serta tekanan yang tepat, cara berdiri yang benar, dan sikap tubuh yang benar.
Dengan menggunakan irama serta pengulangan, mereka belajar menggerakkan penggesek (tanpa biola) “naik seperti roket, turun seperti hujan, bolak-balik seperti kereta api”.
Setiap hal pokok, betapa pun sederhananya, diperkenalkan sebagai kemahiran yang sangat penting (yang tentu saja, memang demikian), yang diajarkan melalui serangkaian citra (visual) yang gamblang, dan dilakukan berulang-ulang sampai dapat dikuasai.
Potongan-potongan itu pun terbentuk, lewat pengulangan demi pengulangan yang dilakukan secara seksama.
Kecermatan terutama sangat penting pada tahap-tahap awal, karena pengulangan-pengulangan pertama membuka jalan menuju masa depan.
Ahli syaraf menyebut langkah ini sebagai fenomena, “berseluncur di bukit bersalju”.
Pengulangan-pengulangan pertama sama halnya seperti jalur yang terbentuk pertama kali di atas salju yang masih bersih: pada percobaan-percobaan selanjutnya, biasanya papan seluncur Anda akan mengikuti lekukan yang sudah ada.
“Otak kita sangat pandai dalam membangun koneksi”, ujar Dr. George Bartokis, seorang ahli syaraf dari UCLA. “Tetapi tidak terlalu pandai dalam membongkar koneksi itu.”
Ketika Anda mempelajari keterampilan keras, bersikaplah cermat dan penuh perhitungan. Tak usah terburu-buru. Lakukan langkah demi langkah, lakukan pengulangan, dan penyempurnaan sebelum Anda melakukan gerakan yang lain.
Perhatikan kesalahan Anda, dan perbaiki, terutama pada saat-saat awal.
Mempelajari hal-hal dasar, memang kelihatannya membosankan –tapi sebenarnya, justru itulah saat-saat pembentukan yang terpenting.
Apabila sejak awal Anda membangun jalan yang benar, Anda akan menghemat banyak waktu dan terjauhkan dari persoalan dalam perjalanan selanjutnya.
*Kembangkan keterampilan lunak, dengan bermain seperti pemain papan luncur.*
Kita tertarik pada kemahiran lunak karena keindahan yang dimilikinya.
Bayangkan bintang sepak bola Lionel Messi yang berimprovisasi untuk mencetak sebuah gol yang cemerlang.
Orang-orang yang “berbakat” ini, tampil sangat memukau dan unik.
Sebenarnya, mereka adalah hasil dari kerja perangkat lunak otak yang cepat sekali dalam mengenali pola-pola, kemudian menanggapi pola-pola itu dengan cara yang tepat dan relevan.
Sementara keterampilan keras harus disertai dengan ketepatan yang terukur, keterampilan lunak dikembangkan dengan bermain dan melakukan eksplorasi di dalam lingkungan yang menantang dan selalu berubah.
Di tempat-tempat seperti ini, Anda dapat menemukan hambatan yang beragam dan mengatasi hambatan itu berulang-ulang, membentuk jaringan kepekaan yang Anda butuhkan untuk membaca, mengenali, dan bereaksi.
Dengan kata lain, untuk mengembangkan keterampilan lunak Anda perlu bertindak seperti pemain papan luncur: agresif, penuh rasa ingin tahu, eksperimental, dan selalu mencari cara-cara baru untuk menantang diri memperlebar zona nyaman.
Brazil, negara pencetak banyak pemain sepak bola cantik di kelas dunia, meningkatkan kemampuan pemainnya melalui suatu pertandingan unik yang dinamakan futebol de salao (“sepakbola dalam ruangan”).
Futsal, itu nama yang kita kenal.
Pertandingan sepakbola versi cepat dengan pemain lima-lawan-lima ini, yang dimainkan di atas lapangan seukuran lapangan bola basket, menciptakan sentuhan bola 600 persen lebih banyak, menuntut kemampuan pengenalan pola secara cepat, dan seperti dikatakan Emilio Miranda (profesor sepakbola dari Universitas Sao Paolo) –futsal merupakan “laboratorium improvisasi” bagi Brazil.
Ketika Anda melatih keterampilan lunak, pusatkan perhatian Anda untuk melakukan pengulangan yang berbeda-beda dan mendapatkan umpan balik yang jelas.
Jangan terlalu takut membuat keslahan, yang terpenting adalah melakukan eksplorasi.
Melatih keterampilan lunak sering lebih menyenangkan, tapi juga lebih sulit karena Anda dituntut untuk melatih diri Anda sendiri.
Setelah setiap sesi, tanyakanlah kepada diri Anda, “Apa yang berhasil? Apa yang gagal? Mengapa?”
Sampai di sini, Anda sudah membaca perbedaan ciri-ciri dari keterampilan keras dan lunak.
*Keterampilan keras, bercirikan tindakan yang presisi, ketepatan yang berulang, dapat diandalkan; seperti mesin. Sementara keterampilan lunak, soft-skill, bercirikan fleksibel, ada banyak pola, relevan terhadap situasi.*
Kini, Anda dapat mulai merancang program untuk menguasai kedua keterampilan itu, dengan cara yang berbeda.
Untuk menguasai keterampilan keras, bekerjalah dengan cermat seperti tukang kayu.
Untuk menguasai keterampilan lunak, tantanglah diri Anda untuk bermain luwes seperti pemain papan luncur.
Selamat berlatih