INALEAD Blog

“We don’t have to wait for the inspiration to come, we create it ourselves.” – Stephen King

Jim Rohn berpesan, “Disiplin eksekusi itu jembatan antara cita-cita dengan pencapaiannya.”

Richard Wiseman, psikolog terkenal dari Inggris mengadakan dua studi berskala besar untuk mempelajari psikologi dan motivasi. Studi itu diadakan untuk melihat perkembangan 5.000 partisipan dari seluruh belahan dunia. Para partisipan mencoba mencapai beberapa tujuan pribadi seperti menurunkan berat badan, berhenti merokok, atau mencari pekerjaan baru yang lebih baik. Sebagian dari mereka ditanyai kembali setelah enam bulan, dan sebagian lagi setelah satu tahun.

Seperti yang bisa ditebak, di awal proyek, hampir semua partisipan percaya mereka bisa mencapai tujuan pribadi. Namun pada akhir proyek, ternyata hanya sekitar 10% yang berhasil. Besarnya persentase yang gagal tentu tidak terlalu mengejutkan, jika kita berkaca pada pengalaman kita sendiri. Tetapi, Wiseman tertarik untuk mengetahui apa yang membedakan 10% yang berhasil dengan mayoritas yang gagal. Karena itu, ia meminta kedua kelompok itu menjelaskan serinci mungkin teknik-teknik yang mereka gunakan untuk mencapai tujuan.

Apa yang Wiseman temukan?

Dia menemukan mereka yang berhasil mencapai tujuan mempergunakan beberapa teknik yang hampir sama.

Apakah mereka memotivasi diri mereka dengan berfokus pada seseorang yang mereka kagumi? Tidak!

Bagaimana dengan mempergunakan rasa takut atau perasaan negatif bila mereka gagal? Tidak, bukan itu. Bila rasa takut itu terlalu abstrak dan jauh (dan tidak bisa dirasakan saat ini), hal itu tidak akan memotivasi Anda.

Kalau bukan rasa takut, bagaimana dengan melakukan visualisasi atau berfantasi hal-hal positif yang akan mereka capai bila berhasil? Tidak juga. Lalu bagaimana dengan mencoba mengontrol pikiran-pikiran mereka untuk menghindari godaan? Tidak, sekali lagi tidak. Apakah mereka mengandalkan kekuatan tekad? Memiliki tekad tinggi memang membantu, tetapi bukan itu faktor utamanya.

Lalu apa?
Ini. Mereka yang berhasil umumnya memiliki rencana yang realistis.
Mereka mencoba memecah tujuan besar mereka ke tujuan-tujuan yang lebih kecil. Dan berusaha mencapainya selangkah demi selangkah.

Tujuan besar yang tidak dipecah-pecah akan membawa frustasi. Misal, mereka yang ingin mencari pekerjaan baru, akan memecah rencananya menjadi: menulis CV di minggu pertama kemudian mengirim satu surat lamaran setiap minggu. Setiap kali tujuan-tujuan kecil tersebut berhasil dicapai, mereka akan memberikan penghargaan kecil untuk prestasi itu.

Kedua, mereka yang sukses mengandalkan bantuan orang-orang di sekitar mereka.

Mereka menceritakan tujuan mereka kepada orang-orang terdekat. Tindakan itu membantu mereka bersikap lebih realistis karena orang-orang terdekat akan membantu menyesuaikan tujuan mereka bila dianggap terlalu berlebihan.

Selain itu, dukungan sosial juga membuat mereka lebih cepat bangkit dari rasa putus asa bila menghadapi masalah di tengah jalan.

Beberapa riset menunjukkan kehadiran orang-orang terdekat atau teman, sudah cukup membuat kita lebih bersemangat. Sebuah studi dari University of Scranton menemukan mereka yang mengumumkan resolusi tahun baru mereka ke orang lain sepuluh kali lebih mungkin berhasil mencapainya dibandingkan mereka yang tidak mengumumkannya. Pengumuman tersebut membuat kita lebih termotivasi untuk mencapainya, sebagian karena kita ingin dianggap konsisten terhadap kata-kata kita. Dan, sebagian lagi untuk menghindari ejekan.

Mereka yang berhasil juga lebih berfokus pada hal-hal positif yang akan mereka capai, sementara yang gagal lebih berfokus ke hal-hal negatif yang akan mereka alami bila gagal.

Penting sekali mencatat rencana sejelas mungkin, termasuk keuntungan yang akan diperoleh dan hadiah-hadiah kecil yang akan Anda terima sepanjang prosesnya. Seperti apa pun bentuknya, tindakan mencatat rencana akan membuat kita lebih berkomitmen dan termotivasi.

Selain itu, ubahlah sebagian dari rencana Anda menjadi kegiatan rutin.

Kegiatan rutin akan berubah menjadi kebiasaan. Dan kebiasaaan akan menjadikannya sesuatu yang otomatis. Bila sudah mencapai keadaan demikian, Anda bisa beranjak ke kegiatan berikut dalam rencana Anda.

Kebiasaan akan menjadi teman Anda yang paling kuat bila Anda mengerti cara memanfaatkannya. Misalnya, jika Anda ingin berlatih presentasi, buatlah jadwal jam latihan yang teratur, dan usahakan kerjakan di waktu yang sama, selama beberapa saat.

Anda sedang membentuk sebuah kebiasaan baru. Latihan tidak lagi terasa sebagai beban berat melainkan sebuah rutinitas biasa yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.


Untuk mempermudah Anda, saya ringkaskan 5 langkah sederhana mengubah rencana menjadi realita.

1) Miliki rencana yang realistis. Pecah tujuan besar Anda menjadi target kecil-kecil.

2) Susun cara memenuhi target dalam aktivitas kunci, yaitu tindakan yang bernilai tinggi yang mengantarkan Anda pada tujuan.

Pastikan, Anda merasakan manfaat dan keuntungan saat mengerjakan aktivitas kunci itu.

3) Ceritakan target dan proses Anda pada orang yang Anda percayai. Mintalah bantuan dan dukungan yang spesifik pada orang itu. Jadikan ia sebagai sekutu dalam kemajuan hidup Anda.

4) Setiap kali target kecil Anda terpenuhi, berikan penghargaan pada diri sendiri. Bergembiralah, syukurilah.

5) Jadikan aktivitas-aktivitas kunci Anda, sebagai rutinitas. Kebiasaan akan melicinkan jalan Anda meluncur dari satu kemenangan kecil ke kesuksesan berikutnya.

Selamat berlatih.

inalead.id

Open chat
Hi, Saya Fendy
Saya ingin konsultasi mengenai training inalead