Pemimpin punya peran sentral meski tersembunyi, dalam menciptakan mood anggota timnya.
Leader is Dealer of Hope
Makin pemimpin mampu ciptakan interaksi yang berkualitas, makin positif mood anggota timnya. Makin pemimpin mampu menghasilkan bukti terpenuhinya harapan, makin positif pula mood anggota timnya.
Dua prinsip ini dapat Pemimpin gunakan dalam tujuan mencetak keberhasilan bersama: interaksi yang berkualitas dan mencetak berbagai keberhasilan kecil dalam waktu singkat.
Mari kita perdalam di bagian membangun interaksi yang berkualitas.
Winston Churchill, Perdana Menteri Inggris yang berhasil membawa negaranya memenangi Perang Dunia dengan keputusan politiknya yang bersejarah, pernah menyingkap satu kekuatan seorang pemimpin. Ia berkata,
“Butuh keberanian, untuk berdiri dan kemudian berbicara di depan orang lain. Dan, butuh keberanian lebih untuk duduk dan mendengarkan dengan seksama.”
Pembunuh empati paling ampuh dalam hubungan interpersonal -dalam konteks apa pun- adalah lupa menyimak perkataan orang lain.
Dengan tidak mendengarkan, kita akan berkomunikasi secara tidak produktif. Seperti: bicara tanpa tujuan, berdebat, berupaya mengungguli pendapat teman bicara, atau menyela perkataannya.
Saat kita gagal dalam mendengarkan, kita mengirim sinyal buruk non-verbal yang mengatakan:
– Saya tidak peduli padamu
– Kamu salah
– Kamu bodoh
– Saya tidak mengerti kamu ngomong apa
– Kamu menyia-nyiakan waktuku
Yang menarik dari perilaku tidak mendengarkan adalah, umumnya aktivitas ini tidak kentara karena dapat dilakukan diam-diam. Jarang ada orang lain yang memergoki Anda saat sedang melakukannya.
Saya percaya kemampuan mendengarkan ini, bukanlah sekedar bakat bawaan. Keterampilan ini dapat dipelajari. Kemampuan ini dipengaruhi oleh faktor bawaan dan dapat dikembangkan melalui pendidikan.
Kabar baiknya, kemampuan mendengarkan dapat dipelajari. Dan, menjadi pendengar yang lebih baik biasanya tidak memerlukan tindakan apa pun.
Berdiamlah diri selama 7 detik.
Serius, jangan lakukan apa pun, selain mendengarkan!
Biarkan teman bicara tidak mendengar suara Anda selama 7 detik dalam suatu interaksi/pertemuan (pada awalnya, hal ini mungkin akan terasa sulit).
Saat Anda nyaman menerima “keheningan” seperti ini, akan datang manfaat yang sangat besar.
Siapa pun teman bicara Anda, akan berterima kasih pada Anda, karena merasa telah diterima dengan baik.
Menyimak, mendengarkan dengan fisik dan mental, adalah aktivitas yang membawa banyak keuntungan. Tidak hanya menggunakan alat dengar fisik, di mana kita menangkap nada dan suara. Melainkan juga, mengenali dan memahami apa-apa yang tidak terucap secara verbal dari teman bicara.
Menyimak saat mampu kita lakukan dengan hadir penuh, sadar utuh, membantu kita berempati pada orang lain. Penting sekali bagi Pemimpin untuk menunjukkan perilaku ini pada anggota timnya. Dan inilah rahasia terpenting yang membuat tim merasa direspon sebagai manusia seutuhnya. Ini pula yang membuat para Sahabat Nabi merasa bahwa dirinya-lah pribadi yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad SAW.
Hasan Bashri pernah berkata, “Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau bersemangat mendengar melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain.”
Dengan mendengarkan, kita dapat memahami apa harapan yang orang lain inginkan, apa ketakutan (kekhawatiran) yang ia hindari, dan apa saja nilai-nilai diri serta keyakinan pribadi yang menggerakkan/menghambat dirinya.
Hal-hal tersirat seperti itu, bisa muncul dalam percakapan ketika kita sungguh-sungguh mendengarkan.
Emosi. Pilihan kata dan nada tertentu. Perubahan bahasa tubuh.
Itulah, petunjuk non-verbal yang patut kita kenali dan pahami.
Untuk apa kita diharapkan dapat “membaca” itu semua?
Agar empati yang terjadi saat percakapan, bisa melahirkan pilihan solusi. Karena, ketika emosi seseorang lebih tenang akibat merasa diterima apa adanya oleh si Pemimpin, akan lebih mudah baginya untuk mengenali apa saja pilihan-pilihan yang tersedia dalam menghadapi suatu situasi/masalah.
Saat Pemimpin benar-benar mendengarkan, terciptalah keamanan psikologis bagi anggotanya. Keamanan psikologis menurut Amy Edmondson -Profesor Kepemimpinan di Harvard Business School- adalah, “iklim di mana orang merasa aman dalam mengambil risiko dan tetap aman meski berposisi rentan/rapuh.” Ketika itu terjadi, anggota tim tidak akan segan-segan untuk menceritakan hal-hal yang mungkin ia tahan/simpan
Menyimak, tidak hanya meningkatkan kualitas kerja kita. Melainkan juga memperbaiki kualitas hubungan kita. Dengan begitu, kita dapat menurunkan potensi perdebatan, mengurangi kadar stres, dan menunjukkan kepedulian.
Dampaknya, anggota tim dapat menunjukkan mood yang positif: menerima dan berdamai dengan fakta, optimis tentang berbagai kemungkinan, dan munculnya rasa ingin tahu tentang berbagai ketidakpastian di masa depan. Berbagai mood positif ini, pasti berperan besar untuk menyukseskan pencapaian target tim.
Para Pemimpin…
Selamat mendengarkan!
penyusun: Rio Purboyo,
Manajer di INALEAD (Innovation Leader)
Directive-Coaching Specialist
www.INALEAD.id